Just Eat dan Glovo menjadi pusat kontroversi yang membuat sektor pengiriman ke rumah di Spanyol terkendali. Perselisihan ini muncul setelah pengaduan yang diajukan oleh Just Eat terhadap Glovo, yang menuduh Glovo melakukan praktik persaingan tidak sehat karena penggunaan pengemudi pengiriman yang berkepanjangan dengan menyamar sebagai pekerja mandiri palsu. Konflik ini tidak hanya membahas permasalahan ekonomi, namun juga memicu perdebatan mengenai hak-hak buruh di platform-platform tersebut.
Gugatan yang diajukan pada 29 November di Pengadilan Niaga Barcelona menuntut kompensasi sebesar 295 juta euro untuk ganti rugi. Menurut Just Eat, strategi Glovo dalam menggunakan pekerja lepas palsu akan memungkinkannya menghemat lebih dari sekadar 645 juta euro dalam biaya tenaga kerja, sehingga memberikan keunggulan kompetitif yang tidak adil terhadap pesaing yang telah mematuhi undang-undang ketenagakerjaan saat ini.
Perubahan arah Glovo
Kasus ini berubah secara tidak terduga ketika, hanya tiga hari setelah pengaduan, Glovo mengumumkan bahwa mereka akan meninggalkan model wiraswasta palsu dan akan mulai mempekerjakan supir pengiriman sebagai pekerja tetap. Langkah ini mewakili perubahan radikal dalam model bisnis perusahaan dan berlaku untuk semua kota di Spanyol tempat perusahaan beroperasi, lebih dari 900 kota, dan untuk semua layanan yang ditawarkan melalui platformnya.
Keputusan Glovo untuk beradaptasi dengan model kerja 100% bukanlah suatu kebetulan. Itu terjadi satu hari sebelum CEO-nya, Óscar Pierre, hadir di pengadilan Barcelona. Pierre didakwa dalam kasus pidana atas dugaan kejahatan terhadap hak-hak pekerja, suatu hal yang menimbulkan ekspektasi besar di bidang hukum dan bisnis.
Just Eat dan posisinya pada Rider Law
Sejak berlakunya Rider Law pada tahun 2021, Just Eat menonjol karena kepatuhannya yang ketat terhadap peraturan. Perusahaan ini tidak hanya mengadaptasi model bisnisnya untuk memastikan bahwa semua pengemudi pengiriman dipekerjakan sebagai karyawan, namun juga menjadi pionir dalam menandatangani perjanjian bersama dengan serikat pekerja utama di negara tersebut. Upaya untuk mematuhi undang-undang ini menyebabkan tingginya biaya operasional Just Eat, sehingga menempatkan perusahaan pada posisi yang dirugikan dibandingkan dengan pesaing yang terus menggunakan model berdasarkan pekerja lepas palsu.
Dalam pernyataannya setelah mengajukan gugatan terhadap Glovo, Just Eat menyatakan bahwa “banyak hukuman yang mengutuk Glovo karena mempekerjakan pengemudi pengiriman sebagai pekerja mandiri palsu dan melanggar peraturan Undang-Undang Ketenagakerjaan.” Menurut perusahaan, model ini tidak hanya berdampak langsung terhadap hak-hak pekerja, namun juga berdampak negatif terhadap persaingan di sektor tersebut.
Dampak ekonomi dan hukum bagi Glovo
Transisi Glovo ke model kerja bukannya tanpa tantangan. Perusahaan yang dimiliki oleh raksasa Jerman Delivery Hero ini telah mengumpulkan denda dan sanksi terkait dengan model pekerja mandiri palsu yang melebihi batas yang ditentukan. 200 juta euro. Menurut laporan terbaru, Delivery Hero telah menyediakan hingga 400 juta euro untuk menghadapi kemungkinan denda dan biaya tambahan di Eropa.
Selain itu, Glovo telah meyakinkan bahwa pihaknya akan membuka meja dialog dengan agen sosial untuk menjamin proses transisi tenaga kerja yang disepakati. Forum ini terbuka tidak hanya bagi pekerja Glovo, tetapi juga bagi operator lain di sektor ini yang ingin beradaptasi dengan undang-undang yang berlaku saat ini.
Di sisi lain, kasus ini menyoroti kurangnya tindakan beberapa platform untuk mematuhi peraturan ketenagakerjaan. Sementara perusahaan pesaing seperti Uber Eats memilih model hibrida dan lainnya, seperti Deliveroo, meninggalkan pasar Spanyol, Glovo terus beroperasi di bawah skema yang kini harus ditinggalkan secara permanen.
Perspektif pekerja dan dampaknya terhadap sektor ini
Kelompok pengemudi pengiriman, yang diwakili oleh serikat pekerja dan asosiasi seperti RidersxDerechos, telah menunjukkan kehati-hatian dalam menghadapi iklan Glovo. Meskipun mereka merayakan perubahan tersebut, mereka menuntut jaminan transparansi dalam algoritma, regularisasi pekerja migran dan penghormatan terhadap hak-hak serikat pekerja. Selain itu, beberapa kelompok menyatakan bahwa perubahan ini terjadi terlambat dan setelah bertahun-tahun terjadi ketidakamanan kerja.
Dari pihak pemerintah, Menteri Tenaga Kerja, Yolanda Díaz, menyoroti perubahan ini sebagai kemenangan hak-hak buruh di Spanyol, menunjukkan bahwa “tidak ada perusahaan yang kebal hukum.” Perubahan ini merupakan tonggak penting dalam penerapan Rider Act, meskipun masih menyisakan pertanyaan mengenai dampaknya terhadap sektor ini secara keseluruhan.
Kontroversi antara Just Eat dan Glovo menggambarkan tantangan dalam beroperasi di pasar yang sangat kompetitif, sekaligus menggarisbawahi perlunya merekonsiliasi inovasi teknologi dengan penghormatan terhadap hak-hak pekerja. Saat ini, fokusnya adalah pada bagaimana kedua perusahaan akan mengelola implikasi hukum dan operasional dari konfrontasi ini, yang tentunya akan menandai masa sebelum dan sesudah di sektor pengiriman di Spanyol.