Walmart mengubah pendekatannya terhadap keberagaman dan merespons tekanan eksternal

  • Pengurangan inisiatif DEI: Walmart telah memutuskan untuk menyesuaikan fokusnya pada keberagaman, kesetaraan, dan inklusi.
  • Penghapusan produk kontroversial: Perusahaan akan menarik kembali item LGBTQ+ tertentu dan meninjau acara seperti Pride.
  • Pengaruh eksternal: Percakapan dengan para pemimpin konservatif dan perubahan hukum telah mendorong keputusan ini.
  • Dampak di bidang korporasi: Walmart bergabung dengan perusahaan lain yang mengkonfigurasi ulang kebijakan keberagaman mereka.

Keberagaman Walmart

Walmart, pengecer terbesar di dunia, telah mengumumkan perubahan signifikan terhadap kebijakan keberagaman, kesetaraan, dan inklusi (DEI)., menandai transisi penting dalam pendekatan korporatnya. Modifikasi ini muncul dalam konteks di mana perusahaan menghadapi tekanan yang semakin besar baik dari sektor konservatif maupun opini publik, sehingga menimbulkan perdebatan luas mengenai masa depan inisiatif ini di perusahaan besar.

Pengumuman tersebut mencakup peninjauan kembali program-program unggulan, seperti Pusat Kesetaraan Rasial, sebuah inisiatif yang diluncurkan pada tahun 2020 dengan janji filantropis sebesar $100 juta. Pusat ini dirancang untuk mengatasi kesenjangan sistemik di berbagai bidang seperti pendidikan, kesehatan, dan peradilan pidana setelah pembunuhan George Floyd. Namun, perusahaan memutuskan untuk tidak memperpanjang proposal ini dan fokus pada metode lain untuk menumbuhkan lingkungan yang saling memiliki.

Dampak dari keputusan baru-baru ini

Kebijakan keberagaman Walmart

Di antara perubahan yang paling relevan adalah penghapusan produk yang ditujukan untuk komunitas LGBTQ+ tersedia di platform daringnya, termasuk barang-barang seperti pengikat payudara untuk kaum transgender muda. Selain itu, perusahaan akan secara drastis mengurangi dukungannya terhadap acara-acara seperti Pride, termasuk peninjauan pendanaan yang lebih ketat untuk memastikan pendekatan yang lebih netral terhadap kegiatan-kegiatan tersebut.

Aspek penting lainnya adalah Walmart telah memutuskan untuk meninggalkan penggunaan istilah “DEI” dalam komunikasi resminya dan sebagai gantinya akan memprioritaskan gagasan “rasa memiliki”, sebuah terminologi yang dianggap lebih inklusif dan tidak terlalu terpolarisasi. Menurut perusahaan itu sendiri, perubahan ini berupaya untuk lebih mencerminkan nilai dan harapan karyawan, pelanggan, dan pemasoknya.

Tekanan konservatif dan peran Robby Starbuck

Keanekaragaman Walmart

Tokoh kunci dalam transformasi ini adalah aktivis konservatif Robby Starbuck, yang memimpin kampanye menentang apa yang disebutnya kebijakan “terbangun” di berbagai perusahaan. Dalam kasus Walmart, dia mengadakan pembicaraan dengan perusahaan tersebut, memperingatkan mereka tentang kemungkinan boikot oleh sektor konservatif jika mereka tidak menyesuaikan inisiatif inklusi mereka. Meskipun Walmart memastikan bahwa perubahan sudah berlangsung sebelum interaksi ini, Starbuck mendapat pujian atas keberhasilannya di jejaring sosial.

Selanjutnya keputusan tersebut bertepatan dengan a Keputusan Mahkamah Agung Amerika Serikat yang melarang tindakan afirmatif di universitas, sebuah preseden yang memotivasi banyak perusahaan untuk mengevaluasi kembali kebijakan keberagaman mereka dalam menghadapi kemungkinan perselisihan hukum.

Strategi masa depan dan respons publik

Secara internal, Walmart menyesuaikan praktik pelatihannya terkait keberagaman dan kesetaraan ras, serta mengevaluasi penyedia layanan berdasarkan metrik ras atau gender. Perusahaan kini berupaya mempertahankan sikap yang lebih netral terhadap isu-isu sosial, dengan memprioritaskan misinya dalam menyediakan produk dan layanan yang mudah diakses.

Dalam hal persepsi publik, reaksinya beragam. Meskipun beberapa sektor memuji penyesuaian ini sebagai respons yang bijaksana terhadap kebijakan progresif yang berlebihan, sektor lain mengkritik apa yang mereka anggap sebagai kemunduran dalam perjuangan untuk meningkatkan kesetaraan di tempat kerja. Namun, Walmart telah menegaskan kembali komitmennya terhadap inklusi sebagai nilai inti, meskipun dengan pendekatan yang lebih pragmatis.

Walmart dalam lanskap perusahaan yang terus berubah

Strategi Keberagaman Walmart

Giliran Walmart ini adalah bagian dari a tren yang lebih luas dalam dunia korporat, di mana perusahaan seperti Ford, Starbucks, dan Disney juga telah mengevaluasi kembali komitmen mereka terhadap program DEI. Motivasi di balik perubahan ini mencakup konteks politik yang terpolarisasi dan keinginan untuk menyelaraskan diri dengan tuntutan konsumen, yang banyak di antara mereka menganggap kebijakan ini merugikan atau memecah belah.

Meskipun terjadi perubahan arah, Walmart tetap membuka pintu bagi adaptasi kebijakannya di masa depan tergantung pada evolusi kebutuhan sosial dan pasar. Presiden perusahaan, Doug McMillon, telah menekankan bahwa upaya menuju inklusi akan terus berlanjut, namun dengan fokus yang lebih selaras dengan kepentingan strategis perusahaan dan harapan para pemegang saham.

Dengan modifikasi ini, Walmart berupaya menemukan a keseimbangan antara efisiensi perusahaan dan tanggung jawab sosial, memastikan bahwa setiap langkah yang diambil ke arah ini bermanfaat bagi perusahaan, karyawan, dan pelanggannya.


tinggalkan Komentar Anda

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Bidang yang harus diisi ditandai dengan *

*

*

  1. Penanggung jawab data: Miguel Ángel Gatón
  2. Tujuan data: Mengontrol SPAM, manajemen komentar.
  3. Legitimasi: Persetujuan Anda
  4. Komunikasi data: Data tidak akan dikomunikasikan kepada pihak ketiga kecuali dengan kewajiban hukum.
  5. Penyimpanan data: Basis data dihosting oleh Occentus Networks (UE)
  6. Hak: Anda dapat membatasi, memulihkan, dan menghapus informasi Anda kapan saja.